Menjadi Autentik

Mungkin orang-orang bilang masa pencarian jati diri itu terjadi pada masa-masa SMA. Tapi bagi gua, SMA tuh cuma ajang buat puas-puasin main dan berteman, seriusnya cuma di akhir kelas 12 aja, itupun gua ga serius-serius banget haha. Sejujur-jujurnya gua ga kenal sama diri gua saat itu dan gua ga merasa memiliki kepentingan buat kenal. Selama gua hidup nyaman secara fisik, emosional, intelegensi, dan finansial, gua tinggal ngikut arus hidup gua aja. Gua ga memiliki motivasi dan tujuan hidup. Kalaupun ada, itu cuma masalah bacot doang, aslinya di otak dan hati mah kosong. Bodo amat dah dengan rencana masa depan, gua percaya Tuhan selalu punya hal baik buat gua. Terlalu optimis? iya.

Lalu perjalanan hidup gua berlanjut di kuliahan. Lingkungan baru, teman baru, tantangan baru. Gua menghabiskan banyak waktu untuk sendiri di awal tahun ajaran. Dan sendiri = banyak berpikir bagi gua. Pada saat itu, gua mulai berpikir untuk mendefinisikan sosok "ideal" buat diri gua : cerdas dan dewasa. Gua kemudian mencoba untuk berpikir, berucap, dan bertindak seperti orang ideal menurut gua.

Yep, hari demi hari berlalu, niat gua menjadi orang ideal masih ada walaupun aktualisasinya gak bisa gua jalanin 100% karena memang gua belum mencapai level ideal sesuai harapan gua. Tapi siapa sangka, gua dihadapkan dengan suatu situasi dimana orang-orang mulai percaya dengan ke-"ideal"-an gua. Yang tadinya gua hanya berusaha ideal buat diri gua sendiri, sekarang gua harus ideal buat orang lain. Mereka menaruh ekspektasi mereka di gua. As a practical caretaker, tujuan terkuat gua cuma satu : menjalankan harapan orang-orang yang percaya sama gua.


Kemudian gua mengalami perdebatan dengan diri gua sendiri.
"Bukannya ini (menggunakan topeng "ideal") sama saja dengan membohongi diri dan orang lain?"
"Jadi gua itu sebenarnya siapa?"
"Apa gua tidak menjadi diri gua yang sebenarnya?"

Tapi gua mikir lagi,
"Emang gua tuh kaya gimana sih? gua yang dulu tuh kaya gimana sih?"
lol parah ga? gua merasa tidak menjadi diri gua sendiri tapi gua kebingungan buat mendefinisikan "diri gua"

Yak, tbh gua terkuras secara emosional pada saat itu karena terus-terusan merasakan hal-hal baru dalam 24 jam. Dari situasi bodo amat - resah - mulai mikir - mulai menerima "kebohongan" gua - tetep resah - mikir lagi. Gua sampai sempat mikir sebenarnya kenal sama diri sendiri itu perkara baik atau buruk karena semakin kenal, gua semakin mengkotak-kotaki diri gua. Mending kalo kenalnya baik-baik, ini mah kenalnya sebagai "penipu" haha

Tidak lama kemudian setelah gua berpikir kenal = mengkotak-kotaki, gua menemukan video ini dan sadar gua gabisa hidup dengan mengkotak-kotaki diri gua karena yang ada, gua malah menjauhkan diri dari yang bukan kategori gua. How will I draw the line.

Gua belum puas coy, masih gantung banget jadinya gimana haha. Lalu gua menemukan sebuah akun twitter orang yang sedang berkuliah di Korea Selatan yang mencantumkan alamat blog-nya dan gua memilih membaca satu blog yang menarik perhatian gua. Abis baca gua malah mikir lagi (mikir teroos). Gua ga cocok sama apa yang dia tulis. She likes being herself but i don't like being myself, or at least my current self. Gua ga merasa "be yourself" dan "be authentic" itu menjadi pembenaran atas semua sifat gua, baik-buruknya. Gua merasa jargon itu yang ada cuma menahan diri buat jadi lebih baik. Dia juga bilang
"Gak mudah untuk jadi diri sendiri disaat semua orang melihat, mengamati, mengomentari dan tentunya melawan keputusan kita untuk jadi "real". Secara matematika, lebih mudah berdamai dengan satu orang (diri sendiri) dibanding melawan begitu banyak orang yang menuntut kita untuk mengikuti standar mereka, kan? Tapi hidup bukan soal kuantitas. Satu orang (diri sendiri) ini lah yang akan selalu ada, selalu bisa diandalkan dan selalu menjadi sumber kekuatan. Gue pilih memperjuangkan diri sendiri daripada berusaha memuaskan 1000 orang diluar sana yang belom tentu mau bantu gue saat gue jatuh."
dan sekali lagi gua ga merasa terhubung dengan pernyataannya dan muncul pertanyaan "Gimana kalau kasusnya lu berusaha jadi lebih baik untuk diri lu sendiri? Bukannya itu gak autentik walaupun you stick to yourself?"

Ciaaaaa kenapa gua pusing-pusing banget yak hwhw. Gua sampe riset di internet tentang what does it mean to be authentic. Gua baca website-website dan bahkan gua sampe baca paper orang tentang autentik yang gua ga bisa simpulkan isinya karena gau ga kelar bacanya. Tapi dari paper itu gua terpicu dengan kalimat "It means being true to the self ‘you want to want to be’".
NAH ITU DIA PEMBENARAN YANG GUA MAU KWKWKWK ampas
Gua mau dibenarkan kalo tidak apa-apa bagi gua untuk memakai topeng "ideal" gua haha

Belom selesai ceritanya. Gua menemukan video di youtube yang sangat amat relate sama gua dan otak gua memilih untuk tidak membantah video tersebut

"what got you here wont get you there"

Jadi beliau bilang terserah mau ambil definisi autentik sebagai sticking to your insecure, conservative, historical self atau learn and act ur way to becoming truly authentic (anjashfsyavabavab)

Dan gua pastinya milih definisi kedua dengan membenarkan kalau perubahan itu perlu untuk proses pendewasaan sekaligus tidak merasa bersalah memilih itu hahahha. what a day.

Komentar