Sebuah Pemikiran Dariku, Untukku


25 Agustus 2018. Hari ini semua orang tampak sangat gembira. Akhirnya Jakun sudah di genggaman! Semua orang seraya berkata, “inilah hasil jerih payah kita, perjuangan kita!”. Tapi, Jerih payah apa? Mungkin sudah berjerih, namun apakah sudah kepayahan? Perjuangan yang mana? Bukannya bangun pagi untuk mengikuti kegiatan itu sudah kewajiban? Bukannya melawan rasa malas itu sudah sebuah keharusan? Lantas dimana letak perjuangannya kalau kita semua hanya melakukan yang wajib saja?

“Ini perjuangan berbulan-bulan belajar mati-matian!” Demi siapa? Demi diri sendiri? Demi ego sendiri? Demi kebanggaan sendiri? Demi siapa?

Hampir sebulan sudah menghabiskan banyak waktu disini. Memperhatikan sekeliling. Belajar banyak dari mendengarkan. Belajar berpikir dari kesendirian. Mungkin, kalau saya mudah mendapatkan teman disini, saya tidak akan berpikir terlalu jauh dan serius mengenai kesakralan Jakun ini. Jakun ini bagi saya bukan simbol biasa. Bukan hasil perjuangan, melainkan modal perjuangan. Dengan sudah adanya Jakun di genggaman, inilah tanda bagi kita untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya. Untuk selalu mengabdi pada 99% lainnya yang tidak memiliki kesempatan mengenyam bangku perkuliahan. Untuk memberikan sesuatu, karena kita adalah harapan!

Ingat ya kawan,
“Kalau dengan JAKET KUNING ini kalian menjadi jauh dari masyarakat, BUANG!” –salah satu kabem fakultas pada OKK

Komentar