Bahasa Indonesia Kelas XII : Karya Tulis

Judul : Pengaruh Botol Plastik Air Minum Dalam Kemasan terhadap Lingkungan Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) global telah bertumbuh dengan sangat pesat di seluruh dunia. Menurut Zion Market Research pada bulan Mei 2017, Pasar AMDK dunia bernilai sekitar USD 170 miliar pada tahun 2014 dan diperkirakan akan mencapai sekitar USD 280 miliar pada tahun 2020, tumbuh sekitar 8,5% antara tahun 2015 dan 2020. Dari segi volume, permintaan AMDK mencapai sekitar 290 miliar liter pada tahun 2014 dan diperkirakan mencapai 391 miliar liter pada akhir tahun 2017.
Sedangkan di Indonesia saja, pada tahun 2017, industri tersebut tumbuh 9% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan AMDK menjadi 29,21 miliar liter pada tahun ini dibanding realisasi tahun 2016 yang sebanyak 26,8 miliar liter.
Hal ini sangatlah luar biasa bagi sebuah produk yang sebenarnya tidak ada 30 tahun yang lalu. Kini, kebanyakan orang di seluruh dunia lebih memilih produk AMDK yang dipromosikan sebagai alternatif yang bersih, aman, dan nyaman daripada air keran.
Seiring dengan bertumbuhnya permintaan terhadap AMDK, tentunya permintaan terhadap kemasan plastik, khususnya botol plastik, juga akan ikut bertumbuh.


Gambar 1.1 Air minum dalam kemasan botol plastik
Pabrik AMDK adalah titik akhir dari rantai pasokan yang mengandung beberapa pencemar terbesar di planet ini. Dua bahan baku utama dalam polietilena tereftalat (Plastik PET, yang digunakan sebagai botol plastik AMDK sekali minum) adalah asam tereftalat (TPA) dan etilena glikol (MEG), bahan kimia beracun yang berasal dari minyak mentah.
Selain itu, dibutuhkan begitu banyak energi untuk memproduksi botol plastik AMDK. Sekitar 5,6-10.2 megajoule digunakan untuk memproduksi botol, tutup botol, dan labelnya serta untuk transportasinya.
Dikarenakan penggunaan bahan kimia beracun sebagai bahan baku utama botol plastik AMDK dan besarnya energi yang digunakan dalam proses pembuatannya, tentu saja produk ini akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh botol plastik air minum dalam kemasan terhadap lingkungan hidup.

1.2     Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan dari topik yang diteliti adalah sebagai berikut:
1.       Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari botol plastik AMDK terhadap lingkungan?
2.       Bagaimana cara mengurangi masalah yang disebabkan oleh botol plastik AMDK?
3.       Bagaimana tingkat kepedulian siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018 terhadap masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK?

1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian dan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.       Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari botol plastik AMDK terhadap lingkungan.
2.       Untuk mengetahui cara mengurangi masalah yang disebabkan oleh botol plastik AMDK.
3.       Untuk mengetahui tingkat kepedulian siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018 terhadap masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK.



BAB II

LANDASAN TEORI

2.1     Botol Plastik Air Minum Dalam Kemasan
Botol plastik adalah wadah untuk benda cair, yang berleher sempit dan dibuat dari plastik. Istilah “plastik” sendiri berasal dari kata Yunani “plastikos” yang sebenarnya berlaku untuk zat lentur apapun yang dapat dibentuk atau dicetak, misalnya lilin, tanah liat, aspal dan ambar.
Sepanjang sejarah, bahan-bahan seperti tempurung kura-kura dan gading gajah selalu dihargai tinggi untuk keindahan, kekuatan, dan fleksibilitasnya. Tetapi dikarenakan gading berasal dari gajah dan tempurung berasal dari kura- kura, keduanya susah dicari dan mahal harganya. Sejak pertengahan 1800, para peneliti mencoba mengembangkan bahan lain yang terlihat, terasa, serta memiliki kekuatan yang sama seperti gading dan tempurung, namun dapat dibuat dengan cepat dan murah.
Kesuksesan datang pada 1862 ketika seorang penemu dari Inggris bernama Alexander Parkes memperkenalkan Parkesine. Meskipun Parkesine dianggap sebagai plastik pertama, namun sebenarnya produk tersebut terbuat separuhnya dari selulosa yang ditemukan pada dinding sel tumbuhan.
Tidak sampai tahun 1970 ketika plastik pertama yang benar-benar sintetis buatan manusia berkembang, Bakelite. Ketika Bakelite muncul, produk ini tidaklah menyerupai gading maupun tempurung. Bakelite terlihat dan terasa berbeda dari apapun yang pernah manusia lihat sebelumnya, modern dan baru. Setelah Perang Dunia II, Bakelite akhirnya digantikan oleh plastik yang lebih cepat dan lebih murah untuk diproduksi. Hal inilah yang membuat plastik menjadi bahan yang ideal untuk benda sekali pakai yang kini telah menyebar ke sejumlah besar komoditas yang dijual, termasuk botol minuman plastik.
Botol plastik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merupakan jenis botol yang dibuat dari plastik PET (polietilena tereftalat) dan pertama kali digunakan pada tahun 1973.
Plastik PET adalah resin polimer termoplastik yang memiliki nomor “1” sebagai Resin Identification Code (RIC). Produk ini terdiri dari unit polimerisasi monomer etilen tereftalat, dengan unit C10H8O4 berulang.



Gambar 2.1 Polimer polietilena tereftalat
Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan botol plastik AMDK. Diawali dengan minyak mentah, sebagai bentuk awal TPA dan MEG, diekstraksi dari dalam bumi. Kemudian, minyak mentah tersebut dibersihkan melalui penyulingan di kilang-kilang minyak. Pada pabrik plastik, minyak tersebut akan dibentuk menjadi biji-biji plastik lalu menjadi bentuk awal botol plastik yang kemudian dipanaskan dan dibentuk menjadi botol-botol AMDK. Selanjutnya botol akan dibawa ke pabrik pembotolan untuk diisi dengan air. Setelah melewati berbagai proses dan menempuh jalan yang sangat panjang dari dalam bumi hingga ke pabrik pembotolan, botol plastik AMDK didistribusikan ke berbagai daerah untuk dijual.

Gambar 2.2 Hasil akhir botol plastik PET dibandingkan dengan bentuk awalnya

2.2     Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
”Lingkungan secara harfiah berarti sekeliling dan segala sesuatu yang mempengaruhi suatu organisme selama masa hidupnya secara kolektif dikenal sebagai lingkungannya. Dengan kata lain "Lingkungan adalah jumlah total keterkaitan air, udara dan darat di antara mereka dan juga dengan manusia, organisme hidup dan properti lainnya". Ini mencakup semua lingkungan fisik dan biologis dan interaksinya.” (Singh, 2010: 1)
Oleh karena itu pada karya tulis ini, lingkungan akan mengacu  pada kesatuan tanah, air, udara, dan makhluk hidup yang menempati ruang serta waktu yang sama.



BAB III
DAMPAK BOTOL PLASTIK AMDK DAN CARA MENGURANGINYA

3.1     Dampak Botol Plastik AMDK terhadap Lingkungan Hidup
Seperti yang kita ketahui, plastik menimbulkan banyak sekali masalah pada kehidupan kita, mulai dari pemroduksian hingga pembuangan. Ada tiga kemungkinan masalah lingkungan yang harus dipertimbangkan. Pertama, kebanyakan plastik terbuat dari minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Kedua, pembuatan plastik menghasilkan banyak polutan berbahaya yang harus ditangani oleh perusahaan manufaktur dengan benar. Ketiga, plastik tua yang tidak diinginkan tidak selalu mudah untuk dibuang. Jika dikuburkan di tempat pembuangan sampah, mereka akan memakan waktu yang sangat lama untuk membusuk.

3.1.1  Pencemaran Tanah dan Perairan di daratan oleh Botol Plastik AMDK
Sekitar 80% sampah plastik hasil konsumsi botol plastik AMDK akan berujung pada TPA. Tempat penimbunan limbah ini bertambah besar setiap harinya seiring dengan semakin banyak sampah yang datang. Ketika air hujan mengalir melewati sampah botol plastik AMDK bersama dengan sampah lainnya yang berada di TPA, air akan menyerap bahan-bahan yang larut dalam air yang didapat dalam sampah-sampah tersebut. Beberapa bahan tersebut sangatlah beracun. Bersama-sama, mereka akan menghasilkan larutan berbahaya yang disebut lindi. Lindi akan terserap oleh tanah dan mengontaminasi perairan di daratan seperti air tanah, air sungai dan air danau. Hal ini tentu akan merusak ekosistem dan sumber-sumber air masyarakat dan meracuni makhluk hidup yang hidup di dalam perairan tersebut maupun makhluk hidup yang bergantung pada sumber air tersebut.
Selanjutnya, meskipun botol plastik AMDK telah tertimbun tanah dan terkena hujan, sampah ini bisa dibilang tidak akan terurai. Hal ini dikarenakan plastik yang berbahan dasar minyak mentah seperti plastik PET yang digunakan untuk botol plastik AMDK tidak akan terdekomposisi seperti bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik seperti kayu dan sisa makanan akan mengalami biodegradasi, yaitu perubahan bahan-bahan tersebut menjadi senyawa-senyawa bermanfaat yang dilakukan oleh bakteri pada tanah. Namun, bakteri-bakteri ini tidak bisa melakukan hal yang sama kepada plastik. Karena itu botol plastik AMDK bisa menunggu hingga 1000 tahun lamanya pada TPA hingga terurai. Sehingga, mengonsumsi AMDK botol plastik sama saja dengan meracuni tanah dan perairan di daratan selama 1000 tahun kedepan.

3.1.2  Pencemaran Udara oleh Botol Plastik AMDK
Industri AMDK botol plastik menyumbang lebih dari 2,5 juta ton karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca dalam proses produksi botol plastik AMDK. Industri ini juga mengandalkan kapal-kapal kontainer, truk-truk, dan mobil-mobil untuk mengangkut bahan baku mentah ke pabrik dan produk jadi ke tempat-tempat penjualannya. Transportasi berbasis minyak bumi berkontribusi atas pemanasan global dalam produksi gas-gas rumah kaca. Pertimbangkan seberapa banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh produk AMDK internasional, misalnya Fiji dari Fiji, Evian dari Prancis, San Pallegrino dari Italia, dan bahkan Icelandic Glacial dari Islandia yang melintasi satu benua ke benua yang lain untuk sampai ke tangan konsumen.
Pencemaran udara yang dapat membahayakan lingkungan juga dihasilkan dari salah satu pilihan pembuangan botol plastik AMDK yaitu insinerasi. Insinerasi atau pembakaran sampah botol plastik AMDK secara sembarangan akan melepaskan polutan berbahaya dan karsinogenik baik ke wilayah yang sempit maupun luas. Zat ini kemudian akan tersimpan kedalam tanah dan juga air. Beberapa polutan akan bertahan dalam jangka waktu yang lama di lingkungan dan memiliki kecenderungan untuk terbioakumulasikan dan terbiomagnifikasikan, yang artinya hal ini akan membahayakan predator pada puncak rantai makanan. Di alam liar, kisaran efek yang terkait dengan polutan ini meliputi kanker, keturunan yang cacat, kegagalan reproduksi, penyakit kekebalan tubuh dan gangguan saraf dan tingkah laku ringan. Manusia tentu saja bisa terkena dampaknya secara tidak langsung, terutama melalui konsumsi ikan, daging, dan produk susu yang terkontaminasi.

3.1.3  Pencemaran Laut oleh Botol Plastik AMDK
 “Salah satu jenis ancaman terhadap ekosistem laut adalah pencemaran dari plastik. Partikel ini merupakan ancaman serius bagi biota laut dan kehidupan manusia dan memerlukan biaya ekonomi dan sosial yang signifikan. Selanjutnya, mereka mengurangi nilai estetika dan mungkin nilai intrinsik dari lingkungan laut” (Jenssen, 2003: 10)
Tak sedikit sampah botol plastik AMDK yang terbuang ke sungai, mengikuti arus yang akhirnya sampai pada laut lepas. Botol ini akan terombang-ambing di lautan sampai akhirnya perlahan-lahan tertarik ke pusaran yang sangat besar, tempat terakumulasinya sampah di lautan, suatu tempat yang dikenal sebagai The Great Pacific Garbage Patch. Disinilah sampah-sampah plastik terperangkap setelah terbawa oleh arus samudra. Sebagian sampah tersebut berupa botol plastik AMDK.
Diperkirakan, seperti area dimana sampah-sampah plastik terkonsentrasi lainnya di lautan dunia, The Great Pacific Garbage Patch terbentuk secara bertahap sebagai hasil pencemaran laut yang dikumpulkan oleh arus samudra dan arus permukaan yang didorong oleh angin. The Great Pacific Garbage Patch menempati wilayah yang luas dan relatif stasioner di Samudra Pasifik Utara yang diikat oleh Pusaran Pasifik Utara.
Gambar 3.1 Terdapat 5 pusaran laut berisi plastik di dunia
Sampah botol plastik AMDK dan bentuk sampah plastik lainnya yang berakhir di lautan dapat membawa bahaya bagi satwa liar dan perikanan. Kehidupan akuatik dapat terancam baik oleh makrodebris maupun mikrodebris
Makrodebris adalah potongan-potongan plastik yang berukuran lebih dari 20mm. Beberapa hewan seperti burung laut seringkali terbelilit dan terperangkap oleh makrodebris dalam tumpukan sampah Hal ini dapat membuat mereka tercekik hingga mati. Sebagian hewan lainnya, baik yang tinggal diatas maupun didalam laut, seringkali mengonsumsi sampah plastik secara tidak sengaja dikarenakan hal tersebut terlihat mirip dengan mangsa alami mereka. Plastik yang mereka makan membuat mereka merasa kenyang ketika sebenarnya tidak seperti itu, sehingga mereka akhirnya mati kelaparan.
Plastik terkumpul di lautan dikarenakan mereka tidak terbiodegradasi seperti kebanyakan zat lainnya. Namun, mereka akan terfotodegradasi oleh paparan sinar matahari. Hal ini hanya akan bekerja dengan baik pada kondisi kering, dan air laut membuat proses ini berjalan sangat lama. Pada lingkungan laut, plastik yang akhirnya terfotodegradasi terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil bahkan sampai tingkat molekuler, disebut mikrodebris. Mikrodebris yang seukuran dengan zooplankton membuat ubur-ubur keliru memakannya. Seperti inilah cara plastik masuk ke dalam rantai makanan dan menyebabkan terjadinya biomagnifikasi. Sedangkan potongan mikrodebris lainnya yang tidak termakan oleh hewan akan selama-lamanya berputar di lautan.
Bahan aditif beracun yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat larut dan mencemari lingkungan sekitarnya. Beberapa zat aditif plastik diketahui dapat menggangu sistem endokrin, menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan menurunkan tingkat reproduksi saat dikonsumsi. Selain itu, mikrodebris dapat menyerap polutan dari air laut seperti PCB, DDT, dan PAH, sehingga bila masuk ke dalam rantai makanan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

3.2     Cara Mengurangi Masalah yang Ditimbulkan Oleh Botol Plastik AMDK
Dari milyaran botol plastik AMDK yang diproduksi, hanya sekitar 20% atau kurang dari setengahnya yang didaur ulang dan sampah ini tidak bisa didaur ulang kembali menjadi botol plastik AMDK atau wadah makanan yang lain dikarenakan alasan kesehatan. Yang artinya semakin banyak permintaan akan AMDK botol plastik, semakin banyak pula botol plastik baru yang diproduksi. Sedangkan botol plastik AMDK yang lama saja belum terurai dan masih mencemari lingkungan. Oleh karena itu, usaha untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK tidak bisa hanya bergantung pada pendaur ulangan botol tersebut. Perlu dilakukan usaha lebih untuk menguranginya. Berikut contoh yang bisa dilakukan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK:
1.       Memperbaiki infrastruktur air publik. Salah satu alasan masyarakat mengonsumsi AMDK botol plastik adalah masyarakat mengganggap produk tersebut lebih higenis dibandingkan air keran yan disalurkan oleh PDAM. Dengan memperbaiki infrastruktur air publik, hal ini akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap air keran sehingga akan mengurangi konsumsi AMDK botol plastik. Terlebih, infrastruktur air publik menggunakan pipa-pipa air untuk menjangkau konsumen, bukannya alat-alat transportasi berbasis minyak bumi yang berkontribusi besar dalam pemanasan global.
2.       Mendonasikan uang untuk gerakan-gerakan pencegahan polusi.
3.       Menyediakan keran untuk minum atau galon-galon air minum sehingga masyarakat tidak perlu membeli AMDK botol plastik tetapi hanya perlu mebawa botol plastik yang dapat digunakan berulang kali.
4.       Memboikot produk AMDK botol plastik misalnya di sekolah, kantor, dan tempat umum lainnya.
5.       Membuat bahan bakar alternatif dari botol plastik AMDK. Produk yang terbuat dari minyak bumi ini memiliki nilai energi yang mirip dengan batu bara. Daur ulang dengan membakar untuk mengahsilkan energi akan menghemat bahan baku seperti minyak mentah dan batubara. Gas yang dihasilkan melalui pembakaran plastik dengan benar juga merupakan sumber energi yang berharga dan dapat didaur ulang.




BAB IV
TINGKAT KEPEDULIAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 BOGOR T.A. 2017/2018 TERHADAP BOTOL PLASTIK AMDK

Dalam memenuhi penelitian mengenai tingkat kepedulian siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018 terhadap masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK, penulis membuat dan menyebar sebuah kuisioner mengenai topik tersebut yang kemudian diisi oleh 50 responden yang dipilih secara acak.


(berisi hasil kuisioner dalam bentuk pie chart, males insertnya hehe, kan lagi iseng-iseng aja ini)




BAB V
PENUTUP

5.1     Kesimpulan
Botol plastik air minum dalam kemasan yang terbuat dari plastik PET (polietilena tereftalat) sesungguhnya membawa banyak sekali dampak negatif bagi lingkungan. Masih banyak orang-orang yang merasa produk ini tidak mengancam stabilitas dunia karena mungkin bentuknya yang kecil, ringan, dan transparan. Mereka tidak tahu bahwa sampah botol plastik AMDK yang mereka hasilkan saat ini akan terus mencemari lingkungan dalam 1000 tahun kedepan atau bahwa sampah ini akan terombang-ambing sampai ke ujung dunia, berputar-putar di lautan hingga akhirnya bertanggung jawab atas kematian ribuan makhluk hidup, baik yang hidup di daratan maupun lautan. Mereka juga tidak tahu seberapa banyak zat pencemar lingkungan yang dilepaskan ke lingkungan hanya untuk mengantarkan produk penghilang dahaga ke tangan mereka.
Masyarakat perlu tahu dan paham seberapa penting produk yang sudah menjadi kewajaran untuk dikonsumsi ini, untuk dikurangi keberadaannya di dunia. Industri AMDK botol plastik yang telah tumbuh menjadi industri raksasa tentulah tidak mudah untuk dihilangkan. Perlu gerakan besar yang melibatkan warga dunia dan kesadaran akan lingkungan untuk melindungi kelangsungan kehidupan di muka Bumi pada masa mendatang. Mulailah dari lingkup terkecil yaitu pribadi kita masing-masing dalam mengurangi konsumsi AMDK botol plastik. Dengan demikian, diharapkan kedepannya masalah yang disebabkan oleh botol plastik AMDK dapat diminimalisir dan seluruh makhluk hidup dapat hidup berdampingan dengan aman dan nyaman.

5.2     Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan penarikan kesimpulan diatas, penanggulangan masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK membutuhkan lebih banyak usaha sehingga penulis menyarankan kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya untuk selalu menerapkan prinsip 4R demi mencegah masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK di kemudian hari:
1.       Reduce. Mengurangi konsumsi AMDK botol plastik.
2.       Reuse. Reuse bukan berarti meggunakan kembali botol plastik AMDK namun maksudnya menggunakan botol minum yang dapat dipakai berulang kali.
3.       Recycle. Meskipun seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa hanya 20% botol plastik AMDK yang didaur ulang, bukan berarti kita tidak perlu mendaur ulangnya, justru hal ini perlu ditingkatkan lagi.
4.       Rethink. Berpikirlah kembali tiap kali ingin membeli AMDK botol plastik. Jika masih ingin membelinya, pikirkanlah masalah yang ditimbulkan jika kita terus menghasilkan sampah botol plastik AMDK dan seberapa susah mengatasinya.





DAFTAR PUSTAKA

Jenssen, Marco A. 2003. Complexity and Ecosystem Management: The Theory and Practice of Multi-Agent Systems. Britania Raya : Edward Elgar Publishing.
Ji, Li Na. 2013. Applied Mechanics and Materials Volume 312 : Study on Preparation Process and Properties of Polyethylene Terephthalate (PET). Switzerland : Trans Tech Publications.
Knight, Geoffrey David. 2012. Plastic Pollution. Amerika Serikat : Heinemann Library
Leigh, Elizah. 2011. The History of Plastic Bottles. [Online]. Tersedia : https:// recyclenation.com/2011/03/history-plastic-bottles-recycle/ [11 November 2017]
Montgomery County Public Schools. 2016.  The Life Cycle of a Plastic Bottle. [Online]. Tersedia : http://www.montgomeryschoolsmd.org/uploadedFiles/ curriculum/ outdoored/programs/waterbottlefactpages.pdf [12 November 2017]
North, Emily J. Rolf U. Halden. 2013. Plastics and Environtmental Health : The Road Ahead. Jerman : De Gruyter.
Plastics Australia. 2016. Plastics – History, Types & Processing. [Online]. Tersedia : http://www.plasticsaust.com.au/plasticsOnline/browse/catalog/documents /an_Insight_Into_Plastics.pdf [11 November 2017]
Polaris Institute. 2013. From Cradle to Grave : The environtmental footprint of bottled water. [Online]. Tersedia : http://cfs-fcee.ca/wp-content/uploads/ sites/2/2013/09/BWFD-Factsheet-environmental-impact.pdf [12 November 2017]
Singh, Preeti. 2010. Environment and Ecology. India : New Age Publishers
Sustainability at Princeton. 2014. Bottled Vs. Tap Water : Impact Assessment. [Online]. Tersedia : https://sustain.princeton.edu/sites/sustainability/ files/Bottled%20Water%20Presentation_Final%20Fall%202014.pdf [12 November 2017]
The Plastic Historical Society. 2015. An Introduction to Plastic. [Online]. Tersedia : http://plastiquarian.com/wp-content/uploads/2015/06/plasticbook.pdf [12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Great Pacific Garbage Patch. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/wiki/Great_Pacific_garbage_patch [12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Plastic Pollution. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/ wiki/Plastic_pollution [12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Marine Pollution. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/ wiki/Marine_pollution [12 November 2017]

Komentar