Bahasa Indonesia Kelas XII : Karya Tulis
Judul : Pengaruh Botol Plastik Air Minum Dalam Kemasan terhadap Lingkungan Hidup
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Industri Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) global telah bertumbuh dengan sangat pesat di seluruh
dunia. Menurut Zion Market Research pada bulan Mei 2017, Pasar AMDK dunia
bernilai sekitar USD 170 miliar pada tahun 2014 dan diperkirakan akan mencapai
sekitar USD 280 miliar pada tahun 2020, tumbuh sekitar 8,5% antara tahun 2015
dan 2020. Dari segi volume, permintaan AMDK mencapai sekitar 290 miliar liter
pada tahun 2014 dan diperkirakan mencapai 391 miliar liter pada akhir tahun
2017.
Sedangkan di
Indonesia saja, pada tahun 2017, industri tersebut tumbuh 9% dibanding tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan AMDK menjadi
29,21 miliar liter pada tahun ini dibanding realisasi tahun 2016 yang sebanyak
26,8 miliar liter.
Hal ini sangatlah
luar biasa bagi sebuah produk yang sebenarnya tidak ada 30 tahun yang lalu.
Kini, kebanyakan orang di seluruh dunia lebih memilih produk AMDK yang
dipromosikan sebagai alternatif yang bersih, aman, dan nyaman daripada air
keran.
Seiring dengan
bertumbuhnya permintaan terhadap AMDK, tentunya permintaan terhadap kemasan
plastik, khususnya botol plastik, juga akan ikut bertumbuh.
Gambar
1.1 Air minum dalam kemasan botol plastik
Pabrik AMDK adalah
titik akhir dari rantai pasokan yang mengandung beberapa pencemar terbesar di
planet ini. Dua bahan baku utama dalam polietilena tereftalat (Plastik PET,
yang digunakan sebagai botol plastik AMDK sekali minum) adalah asam tereftalat
(TPA) dan etilena glikol (MEG), bahan kimia beracun yang berasal dari minyak
mentah.
Selain itu, dibutuhkan
begitu banyak energi untuk memproduksi botol plastik AMDK. Sekitar 5,6-10.2
megajoule digunakan untuk memproduksi botol, tutup botol, dan labelnya serta
untuk transportasinya.
Dikarenakan
penggunaan bahan kimia beracun sebagai bahan baku utama botol plastik AMDK dan
besarnya energi yang digunakan dalam proses pembuatannya, tentu saja produk ini
akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dalam karya tulis
ini penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh botol plastik air
minum dalam kemasan terhadap lingkungan hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa
masalah yang dapat dirumuskan dari topik yang diteliti adalah sebagai berikut:
1.
Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari
botol plastik AMDK terhadap lingkungan?
2. Bagaimana cara mengurangi masalah yang
disebabkan oleh botol plastik AMDK?
3. Bagaimana tingkat kepedulian siswa kelas
XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018 terhadap masalah yang ditimbulkan oleh
botol plastik AMDK?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian dan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
dari botol plastik AMDK terhadap lingkungan.
2. Untuk mengetahui cara mengurangi masalah
yang disebabkan oleh botol plastik AMDK.
3. Untuk mengetahui tingkat kepedulian siswa
kelas XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018 terhadap masalah yang ditimbulkan
oleh botol plastik AMDK.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Botol Plastik Air Minum Dalam Kemasan
Botol plastik
adalah wadah untuk benda cair, yang berleher sempit dan dibuat dari plastik.
Istilah “plastik” sendiri berasal dari kata Yunani “plastikos” yang sebenarnya berlaku untuk zat lentur apapun yang
dapat dibentuk atau dicetak, misalnya lilin, tanah liat, aspal dan ambar.
Sepanjang sejarah,
bahan-bahan seperti tempurung kura-kura dan gading gajah selalu dihargai tinggi
untuk keindahan, kekuatan, dan fleksibilitasnya. Tetapi dikarenakan gading
berasal dari gajah dan tempurung berasal dari kura- kura, keduanya susah dicari
dan mahal harganya. Sejak pertengahan 1800, para peneliti mencoba mengembangkan
bahan lain yang terlihat, terasa, serta memiliki kekuatan yang sama seperti
gading dan tempurung, namun dapat dibuat dengan cepat dan murah.
Kesuksesan datang
pada 1862 ketika seorang penemu dari Inggris bernama Alexander Parkes
memperkenalkan Parkesine. Meskipun Parkesine dianggap sebagai plastik pertama,
namun sebenarnya produk tersebut terbuat separuhnya dari selulosa yang
ditemukan pada dinding sel tumbuhan.
Tidak sampai tahun
1970 ketika plastik pertama yang benar-benar sintetis buatan manusia
berkembang, Bakelite. Ketika Bakelite muncul, produk ini tidaklah menyerupai
gading maupun tempurung. Bakelite terlihat dan terasa berbeda dari apapun yang
pernah manusia lihat sebelumnya, modern dan baru. Setelah Perang Dunia II,
Bakelite akhirnya digantikan oleh plastik yang lebih cepat dan lebih murah
untuk diproduksi. Hal inilah yang membuat plastik menjadi bahan yang ideal
untuk benda sekali pakai yang kini telah menyebar ke sejumlah besar komoditas
yang dijual, termasuk botol minuman plastik.
Botol plastik Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) merupakan jenis botol yang dibuat dari plastik PET (polietilena
tereftalat) dan pertama kali digunakan pada tahun 1973.
Plastik PET adalah
resin polimer termoplastik yang memiliki nomor “1” sebagai Resin Identification Code (RIC). Produk ini terdiri dari unit
polimerisasi monomer etilen tereftalat, dengan unit C10H8O4
berulang.
Gambar
2.1 Polimer polietilena tereftalat
Terdapat beberapa tahapan dalam
pembuatan botol plastik AMDK. Diawali dengan minyak mentah, sebagai bentuk awal
TPA dan MEG, diekstraksi dari dalam bumi. Kemudian, minyak mentah tersebut
dibersihkan melalui penyulingan di kilang-kilang minyak. Pada pabrik plastik,
minyak tersebut akan dibentuk menjadi biji-biji plastik lalu menjadi bentuk
awal botol plastik yang kemudian dipanaskan dan dibentuk menjadi botol-botol
AMDK. Selanjutnya botol akan dibawa ke pabrik pembotolan untuk diisi dengan
air. Setelah melewati berbagai proses dan menempuh jalan yang sangat panjang
dari dalam bumi hingga ke pabrik pembotolan, botol plastik AMDK didistribusikan
ke berbagai daerah untuk dijual.
Gambar 2.2 Hasil akhir botol plastik
PET dibandingkan dengan bentuk awalnya
2.2 Lingkungan
Hidup
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
”Lingkungan secara
harfiah berarti sekeliling dan segala sesuatu yang mempengaruhi suatu organisme
selama masa hidupnya secara kolektif dikenal sebagai lingkungannya. Dengan kata
lain "Lingkungan adalah jumlah total keterkaitan air, udara dan darat di
antara mereka dan juga dengan manusia, organisme hidup dan properti lainnya".
Ini mencakup semua lingkungan fisik dan biologis dan interaksinya.” (Singh,
2010: 1)
Oleh
karena itu pada karya tulis ini, lingkungan akan mengacu pada kesatuan tanah, air, udara, dan makhluk
hidup yang menempati ruang serta waktu yang sama.
BAB III
DAMPAK BOTOL PLASTIK AMDK
DAN CARA MENGURANGINYA
3.1 Dampak Botol Plastik AMDK terhadap
Lingkungan Hidup
Seperti yang kita
ketahui, plastik menimbulkan banyak sekali masalah pada kehidupan kita, mulai
dari pemroduksian hingga pembuangan. Ada tiga kemungkinan masalah lingkungan
yang harus dipertimbangkan. Pertama, kebanyakan plastik terbuat dari minyak
bumi yang merupakan sumber daya alam yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui.
Kedua, pembuatan plastik menghasilkan banyak polutan berbahaya yang harus
ditangani oleh perusahaan manufaktur dengan benar. Ketiga, plastik tua yang
tidak diinginkan tidak selalu mudah untuk dibuang. Jika dikuburkan di tempat
pembuangan sampah, mereka akan memakan waktu yang sangat lama untuk membusuk.
3.1.1 Pencemaran Tanah dan Perairan di daratan oleh
Botol Plastik AMDK
Sekitar 80% sampah
plastik hasil konsumsi botol plastik AMDK akan berujung pada TPA. Tempat
penimbunan limbah ini bertambah besar setiap harinya seiring dengan semakin
banyak sampah yang datang. Ketika air hujan mengalir melewati sampah botol
plastik AMDK bersama dengan sampah lainnya yang berada di TPA, air akan
menyerap bahan-bahan yang larut dalam air yang didapat dalam sampah-sampah
tersebut. Beberapa bahan tersebut sangatlah beracun. Bersama-sama, mereka akan
menghasilkan larutan berbahaya yang disebut lindi. Lindi akan terserap oleh
tanah dan mengontaminasi perairan di daratan seperti air tanah, air sungai dan air
danau. Hal ini tentu akan merusak ekosistem dan sumber-sumber air masyarakat
dan meracuni makhluk hidup yang hidup di dalam perairan tersebut maupun makhluk
hidup yang bergantung pada sumber air tersebut.
Selanjutnya, meskipun
botol plastik AMDK telah tertimbun tanah dan terkena hujan, sampah ini bisa
dibilang tidak akan terurai. Hal ini dikarenakan plastik yang berbahan dasar minyak
mentah seperti plastik PET yang digunakan untuk botol plastik AMDK tidak akan terdekomposisi
seperti bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik seperti kayu dan sisa makanan
akan mengalami biodegradasi, yaitu perubahan bahan-bahan tersebut menjadi
senyawa-senyawa bermanfaat yang dilakukan oleh bakteri pada tanah. Namun,
bakteri-bakteri ini tidak bisa melakukan hal yang sama kepada plastik. Karena
itu botol plastik AMDK bisa menunggu hingga 1000 tahun lamanya pada TPA hingga terurai.
Sehingga, mengonsumsi AMDK botol plastik sama saja dengan meracuni tanah dan
perairan di daratan selama 1000 tahun kedepan.
3.1.2 Pencemaran Udara oleh Botol Plastik AMDK
Industri
AMDK botol plastik menyumbang lebih dari 2,5 juta ton karbon dioksida yang
merupakan salah satu gas rumah kaca dalam proses produksi botol plastik AMDK.
Industri ini juga mengandalkan kapal-kapal kontainer, truk-truk, dan
mobil-mobil untuk mengangkut bahan baku mentah ke pabrik dan produk jadi ke
tempat-tempat penjualannya. Transportasi berbasis minyak bumi berkontribusi
atas pemanasan global dalam produksi gas-gas rumah kaca. Pertimbangkan seberapa
banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh produk AMDK internasional,
misalnya Fiji dari Fiji, Evian dari Prancis, San Pallegrino dari Italia, dan
bahkan Icelandic Glacial dari Islandia yang melintasi satu benua ke benua yang
lain untuk sampai ke tangan konsumen.
Pencemaran
udara yang dapat membahayakan lingkungan juga dihasilkan dari salah satu
pilihan pembuangan botol plastik AMDK yaitu insinerasi. Insinerasi atau
pembakaran sampah botol plastik AMDK secara sembarangan akan melepaskan polutan
berbahaya dan karsinogenik baik ke wilayah yang sempit maupun luas. Zat ini kemudian
akan tersimpan kedalam tanah dan juga air. Beberapa polutan akan bertahan dalam
jangka waktu yang lama di lingkungan dan memiliki kecenderungan untuk
terbioakumulasikan dan terbiomagnifikasikan, yang artinya hal ini akan
membahayakan predator pada puncak rantai makanan. Di alam liar, kisaran efek
yang terkait dengan polutan ini meliputi kanker, keturunan yang cacat,
kegagalan reproduksi, penyakit kekebalan tubuh dan gangguan saraf dan tingkah
laku ringan. Manusia tentu saja bisa terkena dampaknya secara tidak langsung,
terutama melalui konsumsi ikan, daging, dan produk susu yang terkontaminasi.
3.1.3 Pencemaran Laut oleh Botol Plastik AMDK
“Salah satu jenis ancaman terhadap ekosistem
laut adalah pencemaran dari plastik. Partikel ini merupakan ancaman serius bagi
biota laut dan kehidupan manusia dan memerlukan biaya ekonomi dan sosial yang
signifikan. Selanjutnya, mereka mengurangi nilai estetika dan mungkin nilai
intrinsik dari lingkungan laut” (Jenssen, 2003: 10)
Tak
sedikit sampah botol plastik AMDK yang terbuang ke sungai, mengikuti arus yang
akhirnya sampai pada laut lepas. Botol ini akan terombang-ambing di lautan
sampai akhirnya perlahan-lahan tertarik ke pusaran yang sangat besar, tempat
terakumulasinya sampah di lautan, suatu tempat yang dikenal sebagai The Great Pacific Garbage Patch.
Disinilah sampah-sampah plastik terperangkap setelah terbawa oleh arus samudra.
Sebagian sampah tersebut berupa botol plastik AMDK.
Diperkirakan,
seperti area dimana sampah-sampah plastik terkonsentrasi lainnya di lautan
dunia, The Great Pacific Garbage Patch
terbentuk secara bertahap sebagai hasil pencemaran laut yang dikumpulkan oleh
arus samudra dan arus permukaan yang didorong oleh angin. The Great Pacific Garbage Patch menempati wilayah yang luas dan
relatif stasioner di Samudra Pasifik Utara yang diikat oleh Pusaran Pasifik
Utara.
Gambar
3.1 Terdapat 5 pusaran laut berisi plastik di dunia
Sampah
botol plastik AMDK dan bentuk sampah plastik lainnya yang berakhir di lautan
dapat membawa bahaya bagi satwa liar dan perikanan. Kehidupan akuatik dapat
terancam baik oleh makrodebris maupun mikrodebris
Makrodebris
adalah potongan-potongan plastik yang berukuran lebih dari 20mm. Beberapa hewan
seperti burung laut seringkali terbelilit dan terperangkap oleh makrodebris
dalam tumpukan sampah Hal ini dapat membuat mereka tercekik hingga mati.
Sebagian hewan lainnya, baik yang tinggal diatas maupun didalam laut,
seringkali mengonsumsi sampah plastik secara tidak sengaja dikarenakan hal
tersebut terlihat mirip dengan mangsa alami mereka. Plastik yang mereka makan membuat
mereka merasa kenyang ketika sebenarnya tidak seperti itu, sehingga mereka
akhirnya mati kelaparan.
Plastik
terkumpul di lautan dikarenakan mereka tidak terbiodegradasi seperti kebanyakan
zat lainnya. Namun, mereka akan terfotodegradasi oleh paparan sinar matahari.
Hal ini hanya akan bekerja dengan baik pada kondisi kering, dan air laut membuat
proses ini berjalan sangat lama. Pada lingkungan laut, plastik yang akhirnya terfotodegradasi
terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil bahkan sampai tingkat
molekuler, disebut mikrodebris. Mikrodebris yang seukuran dengan zooplankton
membuat ubur-ubur keliru memakannya. Seperti inilah cara plastik masuk ke dalam
rantai makanan dan menyebabkan terjadinya biomagnifikasi. Sedangkan potongan mikrodebris
lainnya yang tidak termakan oleh hewan akan selama-lamanya berputar di lautan.
Bahan
aditif beracun yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat larut dan
mencemari lingkungan sekitarnya. Beberapa zat aditif plastik diketahui dapat
menggangu sistem endokrin, menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan menurunkan
tingkat reproduksi saat dikonsumsi. Selain itu, mikrodebris dapat menyerap
polutan dari air laut seperti PCB, DDT, dan PAH, sehingga bila masuk ke dalam
rantai makanan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
3.2 Cara Mengurangi Masalah yang Ditimbulkan
Oleh Botol Plastik AMDK
Dari milyaran botol
plastik AMDK yang diproduksi, hanya sekitar 20% atau kurang dari setengahnya
yang didaur ulang dan sampah ini tidak bisa didaur ulang kembali menjadi botol
plastik AMDK atau wadah makanan yang lain dikarenakan alasan kesehatan. Yang
artinya semakin banyak permintaan akan AMDK botol plastik, semakin banyak pula
botol plastik baru yang diproduksi. Sedangkan botol plastik AMDK yang lama saja
belum terurai dan masih mencemari lingkungan. Oleh karena itu, usaha untuk
mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK tidak bisa hanya
bergantung pada pendaur ulangan botol tersebut. Perlu dilakukan usaha lebih
untuk menguranginya. Berikut contoh yang bisa dilakukan untuk mengurangi
masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK:
1. Memperbaiki infrastruktur air publik. Salah
satu alasan masyarakat mengonsumsi AMDK botol plastik adalah masyarakat
mengganggap produk tersebut lebih higenis dibandingkan air keran yan disalurkan
oleh PDAM. Dengan memperbaiki infrastruktur air publik, hal ini akan menambah
kepercayaan masyarakat terhadap air keran sehingga akan mengurangi konsumsi
AMDK botol plastik. Terlebih, infrastruktur air publik menggunakan pipa-pipa
air untuk menjangkau konsumen, bukannya alat-alat transportasi berbasis minyak
bumi yang berkontribusi besar dalam pemanasan global.
2. Mendonasikan uang untuk gerakan-gerakan
pencegahan polusi.
3. Menyediakan keran untuk minum atau
galon-galon air minum sehingga masyarakat tidak perlu membeli AMDK botol
plastik tetapi hanya perlu mebawa botol plastik yang dapat digunakan berulang
kali.
4. Memboikot produk AMDK botol plastik
misalnya di sekolah, kantor, dan tempat umum lainnya.
5. Membuat bahan bakar alternatif dari botol
plastik AMDK. Produk yang terbuat dari minyak bumi ini memiliki nilai energi
yang mirip dengan batu bara. Daur ulang dengan membakar untuk mengahsilkan
energi akan menghemat bahan baku seperti minyak mentah dan batubara. Gas yang
dihasilkan melalui pembakaran plastik dengan benar juga merupakan sumber energi
yang berharga dan dapat didaur ulang.
BAB IV
TINGKAT KEPEDULIAN SISWA
KELAS XII SMA NEGERI 1 BOGOR T.A. 2017/2018 TERHADAP BOTOL PLASTIK AMDK
Dalam memenuhi penelitian
mengenai tingkat kepedulian siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bogor T.A. 2017/2018
terhadap masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik AMDK, penulis membuat dan
menyebar sebuah kuisioner mengenai topik tersebut yang kemudian diisi oleh 50 responden
yang dipilih secara acak.
(berisi hasil kuisioner dalam bentuk pie chart, males insertnya hehe, kan lagi iseng-iseng aja ini)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Botol
plastik air minum dalam kemasan yang terbuat dari plastik PET (polietilena
tereftalat) sesungguhnya membawa banyak sekali dampak negatif bagi lingkungan.
Masih banyak orang-orang yang merasa produk ini tidak mengancam stabilitas
dunia karena mungkin bentuknya yang kecil, ringan, dan transparan. Mereka tidak
tahu bahwa sampah botol plastik AMDK yang mereka hasilkan saat ini akan terus
mencemari lingkungan dalam 1000 tahun kedepan atau bahwa sampah ini akan terombang-ambing
sampai ke ujung dunia, berputar-putar di lautan hingga akhirnya bertanggung
jawab atas kematian ribuan makhluk hidup, baik yang hidup di daratan maupun
lautan. Mereka juga tidak tahu seberapa banyak zat pencemar lingkungan yang
dilepaskan ke lingkungan hanya untuk mengantarkan produk penghilang dahaga ke
tangan mereka.
Masyarakat
perlu tahu dan paham seberapa penting produk yang sudah menjadi kewajaran untuk
dikonsumsi ini, untuk dikurangi keberadaannya di dunia. Industri AMDK botol
plastik yang telah tumbuh menjadi industri raksasa tentulah tidak mudah untuk
dihilangkan. Perlu gerakan besar yang melibatkan warga dunia dan kesadaran akan
lingkungan untuk melindungi kelangsungan kehidupan di muka Bumi pada masa
mendatang. Mulailah dari lingkup terkecil yaitu pribadi kita masing-masing
dalam mengurangi konsumsi AMDK botol plastik. Dengan demikian, diharapkan
kedepannya masalah yang disebabkan oleh botol plastik AMDK dapat diminimalisir
dan seluruh makhluk hidup dapat hidup berdampingan dengan aman dan nyaman.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya dan penarikan kesimpulan diatas, penanggulangan masalah yang
ditimbulkan oleh botol plastik AMDK membutuhkan lebih banyak usaha sehingga
penulis menyarankan kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya untuk selalu
menerapkan prinsip 4R demi mencegah masalah yang ditimbulkan oleh botol plastik
AMDK di kemudian hari:
1. Reduce.
Mengurangi konsumsi AMDK botol plastik.
2. Reuse.
Reuse bukan berarti meggunakan kembali botol plastik AMDK namun maksudnya
menggunakan botol minum yang dapat dipakai berulang kali.
3. Recycle.
Meskipun seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa hanya 20% botol plastik
AMDK yang didaur ulang, bukan berarti kita tidak perlu mendaur ulangnya, justru
hal ini perlu ditingkatkan lagi.
4. Rethink.
Berpikirlah kembali tiap kali ingin membeli AMDK botol plastik. Jika masih
ingin membelinya, pikirkanlah masalah yang ditimbulkan jika kita terus
menghasilkan sampah botol plastik AMDK dan seberapa susah mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Jenssen, Marco A. 2003. Complexity and Ecosystem Management: The
Theory and Practice of Multi-Agent Systems. Britania Raya : Edward Elgar
Publishing.
Ji, Li Na. 2013. Applied Mechanics and Materials Volume 312 : Study on Preparation
Process and Properties of Polyethylene Terephthalate (PET). Switzerland :
Trans Tech Publications.
Knight, Geoffrey David. 2012. Plastic Pollution. Amerika Serikat :
Heinemann Library
Leigh, Elizah. 2011. The History of Plastic Bottles.
[Online]. Tersedia : https:// recyclenation.com/2011/03/history-plastic-bottles-recycle/
[11 November 2017]
Montgomery County Public Schools.
2016. The Life Cycle of a Plastic Bottle. [Online]. Tersedia : http://www.montgomeryschoolsmd.org/uploadedFiles/
curriculum/ outdoored/programs/waterbottlefactpages.pdf [12 November 2017]
North, Emily J. Rolf U. Halden. 2013. Plastics and Environtmental Health : The
Road Ahead. Jerman : De Gruyter.
Plastics Australia. 2016. Plastics – History, Types & Processing. [Online].
Tersedia : http://www.plasticsaust.com.au/plasticsOnline/browse/catalog/documents
/an_Insight_Into_Plastics.pdf [11 November 2017]
Polaris Institute. 2013. From Cradle to Grave : The environtmental footprint
of bottled water. [Online]. Tersedia : http://cfs-fcee.ca/wp-content/uploads/ sites/2/2013/09/BWFD-Factsheet-environmental-impact.pdf
[12 November 2017]
Singh, Preeti. 2010. Environment and Ecology. India : New Age Publishers
Sustainability at Princeton. 2014. Bottled Vs. Tap Water : Impact Assessment.
[Online]. Tersedia : https://sustain.princeton.edu/sites/sustainability/ files/Bottled%20Water%20Presentation_Final%20Fall%202014.pdf
[12 November 2017]
The Plastic Historical Society. 2015. An Introduction to Plastic. [Online].
Tersedia : http://plastiquarian.com/wp-content/uploads/2015/06/plasticbook.pdf
[12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Great Pacific Garbage Patch. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/wiki/Great_Pacific_garbage_patch
[12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Plastic Pollution. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/ wiki/Plastic_pollution
[12 November 2017]
Wikipedia. 2017. Marine Pollution. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/ wiki/Marine_pollution
[12 November 2017]
Komentar
Posting Komentar